Minggu, 18 Agustus 2013

Oleh : Hanifah Rahma Rosyida (SMAN 1 Sooko Kab Mojokerto)

Bertransformasi berarti mencerna,seperti tubuh kita yang mencerna makanan. Dengan mencerna, makanan yang masuk melalui mulut akan diproses lalu menjadi lebih berguna. Ada yang menjadi gizi, energi, dan ada yang menjadi kotoran. Hanya makanan yang sanggup dicerna oleh tubuh yang berguna. 

Jiwa kita pun sesungguhnya mempunyai alat mencerna yaitu kapasitas untuk bertransformasi. Kapasitas ini hanya di berikan secara eksklusif kepada manusia, sedangkan binatang dan tumbuhan tidak dapat secanggih manusia. Karena itu,peradaban dan kebudayaan di dunia binatang tidak berkembang atau tidak berubah. Hanya ada perbedaan antara bagaimana tubuh kita mencerna dengan jiwa kita mencerna atau bertransformasi. 

Sejauh tubuh kita normal, maka alat pencernaannya pun akan bekerja secara otomatis. Akan tetapi, jiwa kita tidak seperti itu. Meski kita memiliki kapasitas untuk mencerna kenyataan,peristiwa,pengalaman, dan lainnya, namun kapasitas itu tidak langsung aktif sebelum member perintah. Maka dari itu,konsep pengembangan kecerdasan mengenal ungkapan, “Peranan anda jauh lebih menentukan daripada kecerdasan anda.” 

Orang yang cerdas,belum menjadi hebat jika ia bukan orang hebat. Dalam arti mampu menyuruh dan melarang dirinya.Demikian juga kapasitas transformasi. Diri kita lah tokoh kunci disini. Sehingga transformasi adalah kemampuan mengolah apa yang dari luar menjadi gizi dan energy bagi jiwa dan ada yang kita jadikan kotoran lalu kita buang agar tidak jadi penyakit. Sebagai contoh, jika kita dihina, jika kita pikirkan lama kelamaan akan mengkristal kebencian atau menjadikan jiwa kita sakit. Tetapi jika kita mengeluarkan yaitu dengan cara memaafkan maka akan mendapatkan pahala. Dan jika diolah maka akan dapat dijadikan sebagai motivasi untuk berubah.

Lalu, untuk apa kita bertransformasi ?  
Sesungguhnya banyak orang menolak Islam bukan karena mereka tidak menaruh respek kepada nilai-nilai ajarannya,namun lebih karena tidak melihat nilai-nilai islam itu dipraktekkan dalam kehidupan nyata, sementara realitas masyarakat Islam  sendiri masih belum menunjukkan komitmen secara sungguh-sungguh kepada agamanya.

Padahal Allah telah menciptakan manusia dengan memikulkan dipundak mereka amanah yang begitu berat yakni menjadi khalifatullah fil ardhi, yaitu yang bertugas menegakkan hukum-hukum Allah. Disisi lain, manusia juga makhluk yang memiliki banyak kelemahan.

Coba kita lihat kembali bagaimana ketika seorang bayi terlahir ke dunia ini? Dia adalah makhluk yang lemah dan tidak mempunyai pengetahuan tentang apapun. Lalu Allah mengajarkan kepada manusia berbagai macam ma’rifah (pengetahuan) yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan petunjuk dalam menatap kehidupannya. Firman Allah dalam surat Al-Alaq ayat 5,”Yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”. 

Kita lihat,bagaimana anak manusia pada fase pertumbuhannya banyak bergantung kepada apa yang dilihat dan didengar,karena kelemahan potensi ma’rifat yang dimiliki. Potensi yang tersedia dalam diri anak pada segi pengetahuan yang bersih dan cara pandang yang benar tentang dunia dan risalah yang harus dilakukannya,membuka kesempatan baginya untuk memilih yang haq atau bathil pada saat pola berpikirnya sudah mencapai kematangan. Ia bisa memilih jalan yang baik atau buruk,jalan hidayah atau jalan kesesatan.

Disaat kita mengetahui bahwa Islam sangat menjaga kesucian masyarakat dari segala bentuk kerusakan dan unsur-unsur yang mengarah kesana, pada yang sama kita menyaksikan pada masyakat Islam adanya kerusakan dan dekadensi moral yang tersebar luas.Dan dari waktu ke waktu,musuh-musuh Allah tidak henti-hentinya menghembuskan napas untuk merusak generasi muslim. 

Seperti kita ketahui,saat ini marak sekali berita mengenai terorisme yang sering disangkut pautkan dengan agama Islam denggan alasan jihad. Para orang tua pun akhirnya banyak yang melarang putra-putri nya untuk mengikuti kajian islam dengan alasan takut terjebak dalam islam garis keras atau terorisme. Padahal, kajian islam itu sendiri sangat bermanfaat untuk keberlangsungan istiqomah dalam menjalani kehidupan yang keras ini.Para orangtua saat ini lebih bangga, anak-anak nya mendapat nilai yang bagus, meskipun bukan hasil jerih payahnya sendiri alias mencontek daripada menjadikan anaknya sebagai penghapal Qur’an. 

Selain itu, banyak hal yang dapat dilakukan untuk merusak generasi muslim salah satunya adalah dengan menyerap apapun yang kita lihat dan dengar karena kita adalah “makhluk visual” maka media adalah yang berperan penting dalam penyebaran ‘kerusakan’ itu sendiri baik dengan film atau sinetron banyak yang menayangkan adegan kriminalitas dan penyakit sosial lainnya. Di sisi lain,mereka juga tidak berhenti untuk berusaha mengahalangi laju perjalanan da’wah amar ma’ruf nahi munkar pada setiap aspek kehidupan (Sosial, Budaya, Politik, Ekonomi, Pendidikan,dll). 

Dan di zaman era globalisasi sekarang ini,pola hidup pemuda muslim sudah sangat memprihatinkan.Bagaimana tidak? Saat ini kita dihadapkan pada berbagai permasalahan sosial dan budaya yang melibatkan atau dilakukan oleh pemuda seperti: 
Tawuran antar pelajar yang terjadi hampir di setiap kota di Indonesia
Penggunaan narkoba dikalangan pemuda yang semakin meningkat
Demo mahasiswa yang berujung pada pengerusakan fasilitas umum
Bullying antara senior dan junior yang terjadi setiap MOS
bahkan Ujian Nasional yang setiap kali dilaksanakan menjadi kontrovesi karena terjadi banyak kasus contek mencontek antar siswa dan yang lainnya.

Semua itu sudah sering muncul di berbagai media massa. Itu masih sebagian kecil dari wajah pemuda masa kini.Dan itulah masalah yang sekarang terjadi di Indonesia . Bukankah itu sesuatu yang memalukan? Lalu kemanakah wajah-wajah yang penuh membanggakan itu? Apakah semuanya itu telah terhapus seiring perkembangan jaman? Apa yang harus kita lakukan?

Kita semestinya merenung dan menghayatinya secara serius. Di samping itu kita tanyakan kepada diri kita masing-masing, mengapa hasil yang sangat kontradiktif ini bisa terjadi yaitu antara keadaan pemuda Islam sekarang dengan kondisi yang semestinya mereka tunjukkan?

Setiap muslim harus melalui tahapan-tahapan pendidikan yang baik agar dapat memupuk diri dengan idealis,kuat,berkarakter,berpengetahuan luas,berdaya saing,dan selalu optimistis. Dan sebagai muslim,kita mesti harus selalu ingat kita adalah khairun-naas (manusia terbaik) atau khairu-ummah (umat terbaik) dengan merujuk kepada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Imron ayat 110 yang berbunyi “Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-naasn (Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia”. Umat terbaik maksudnya adalah mempunyai kita sebagai manusia mempunyai tanggung jawab yang sangat berat, yakni amar ma’ruf nahi munkar (menyebarkan kebenaran dan mencegah kemungkaran). Itulah maksud kelanjutan ayat diatas “Ta’maruna bil ma’ruf wa tanhauna anil munkar ” 

Masing-masing kita sudah memiliki cara yang berbeda-beda untuk mentransformasikan pengalaman atau kenyataan yang terjadi. Namun,jika kita ingin mencoba cara baru, tak ada salahnya kita mencoba formula “4M” (dicetuskan oleh AN Ubaedy, Life Skill Facilitator and Learning Counselor,Pondok Modern Gontor) yaitu :
M1 = Menerima
M2 = Menyadari
M3 = Menemukan
M4 = Menggunakan

Katakan saja kita gagal mencapai  keinginan tertentu. Agar kegagalan itu bisa kita transformasikan. Langkahnya adalah menerima kegagalan itu sebagai kegalan. Jangan ditolak, misalnya kita jengkel atau kecewa. Perasaan itu memang pasti muncul karena itu adalah kodrat kita sebagai manusia. Namun tugas kita adalah berupaya bisa menerima dengan berbagai logika supaya tidak menjadi pasrah yang salah,maka perlu ada kesadaran bahwa dibalik kegagalan ada hal-hal tertentu yang dapat menghantarkan kita pada kesuksesan. Langkah kedua adalah menyadari bahwa hal ini membuat kita bangkit. Sebisa mungkin kesadaran itu jangan sampai dibiarkan hanya berupa kesadaran, tetapi perlu dilakukan upaya menemukan hal-hal penting yang ada dibalik kegagalan kita. Mungkin kita salah strategi, salah berteman, kurang menguasai proses,atau apa? Dan langkah terakhir adalah menggunakan apa yang kita temukan untuk melanjutkan proses pencapaian keinginan.Percuma saja kita menemukan banyak pelajar dibalik pengalaman jika tidak kita gunakan dalam realitanya.

Kemudian cara penting lainnya adalah dengan menganalisis kembali berbagai masalah kepemudaan masa kini untuk mempersiapkan,membangun,dan memberdayakan pemuda agar mampu berperan sebagai generasi kuat di masa yang akan datang. Mengingat betapa besar sumber daya potensi sekaligus emosi yang dimiliki pemuda, maka sepantasnya lah segenap masyarakat membimbing mereka agar menjadi pemuda idaman yang mulia menurut pandangan Allah SWT. Antara lain dengan melibatkan pemuda ke dalam berbagai aktifitas yang positif dan konstruktif, membina jiwa mereka secara rutin dengan siraman rohani,membentengi mereka dengan tausyiah agar tidak terjebak dalam perbuat nista dan kejahatan,serta mengajari mereka dengan teladan kebaikan orang tua .

Selain itu juga perlunya pendidikan budi pekerti atau moral yang bertujuan untuk membentuk :
Kejujuran dan kelurusan hati,pemeliharaan karakter yang akan bermanfaat besar bagi manusia dalam kehidupannya.
Tertanamnya benih kebaikan, sehingga tumbuh rasacinta dan ketertarikan terhadap kebaikan.
Tertanamnya karakter dan kebiasaan baik yang menjadi dasar bagi segala amal dunia dan akhirat,seperti keberanian,istiqomah,dan disiplin dalam peraturan.
Sehingga hasil dari pendidikan budi pekerti ini adalah terwujudnya manusia yang tidak akan saling merugikan satu sama lain,karena mengetahui hak dan kewajibannya .

Selain beberapa hal diatas tersebut ada hal lain yang dapat dilakukan untuk membentuk generasi muda yang akan menjadi harapan masa depan bangsa menurut Alm. Ustadzah Hj. Yoyoh Yusroh,S.PD.I ,adalah :
Mewujudkan keserasian kebijakan pemuda di berbagai bidang pembangunan.
Memperluas kesempatan pemuda memperoleh pendidikan dan keterampilan.
Meningkatkan peran sera pemuda dalam pembangunan social,politik,ekonomi, lingkungan hidup,ketahanan,keamanan,serta budaya dan agama.
Meningkatkan potensi pemuda dalam kewirausahaan,kepeloporan,dan kepemimpinan dalam pembangunan.
Melindungi segenap generasi muda dari bahaya penyalahgunaan NAPZA, minuman keras,pornografi,penyebaran HIV/AIDS,dan penyakit menular di kalangan generasi muda.
Memperkokoh kegiatan mental,moral,spiritual generasi muda berbasis keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Sehingga ,untuk mewujudkan hal-hal tersebut diatas adalah dengan cara sebagai berikut :
Mengoptimalkan potensi baca,faham,dan mengamalkan Al-Qur’an
Mengoptimalkan potensi kecerdasan majemuk menuju generasi Muslim berprestasi
Membentuk kepribadian yang berkarakter (jujur, disiplin, mandiri, peduli, berani, dan rendah hati)

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan bagi orang yang mengharap rahmat Allah, dan kedatangan hari kiamat, serta dia banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab : 21)

Maka dari itu, Rasulullah adalah teladan yang terbaik bagi seluruh umat manusia. Karena barangsiapa mencintai RasulNya maka Allah akan mencintai nya juga. Namun disisi lain kita juga harus memunculkan teladan-teladan dari bidang-bidang kehidupan dan pilar-pilar penyangga masyarakat kita saat ini. Harus ada siswa-siswi teladan yang dapat menjadi teladan bagi teman-temannya.Harus ada ustadz-ustadzah, guru, dokter, hakim,maupun sosok keluarga yaitu Ayah dan Ibu yang dapat menjadi teladan bagi putra-putri nya. Ini semua dalam rangka memunculkan realisasi dari nilai-nilai Islam yang shalih dalam bidang-bidang tersebut.
Sehingga apa yang harus kita lakukan dalam bertransformasi adalah memasukkan apa yang kita lihat kedalam jiwa, setelah itu, barulah kita berpikir untuk mengeluarkan aksi dari apa yang kita pelajari.

Kini saatnya,kita memunculkan generasi muda idaman berkarakter “Ashabul kahfi”, berakidah Ibrahim, berilmu seperti Yahya yang memahami hukum dalam usia belia dan pecinta sifat-sifat mulia para Nabi. Pemuda yang menjunjung nilai keimanan dan ketawaan kepada Allah SWT. Mereka ini layak menjadi idaman setiap insane untuk merubah nasib bangsa kearah kemajuan positif. Karena hanya bangsa yang memperhatikan generasi muda lah yang akan mengalami kemajuan dan daya saing di masa depan. 

Hanifah Rahma Rosyida . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates